Menu:

Picture
Istri Wabup Garut, Ny. Rani Permata Dicky Chandra Membesuk Penderita DBD. ( Foto John Doddy Hidayat ).
ISTRI  WABUP  INGATKAN,“RUMKIT”  SEBAGAI  SUMBER  PENYAKIT 
Garut  News, ( Sabtu, 18/9 ).

     Istri Wakil Bupati Garut, Ny. Rani Dicky Chandra mengingatkan, rumah sakit sebagai sumber penyakit, yang patut diwaspadai masyarakat agar jika tidak berkepentingan jangan mendatanginya.

     Termasuk saat menjenguk atau menunggui pasien rawat inap, supaya tidak berdatangan secara bergerombol melainkan cukup satu atau dua orang saja, itupun tidak membawa anak dibawah usia tujuh tahun, imbuhnya melalui Garut News seusai membesuk sejumlah pasien di RSU dr Slamet Garut, Sabtu sore.

     Karena selain sarana ruangnya terbatas, juga dikhawatirkan terjadinya penularan beragam jenis penyakit, karena rumah sakit merupakan tempat yang khusus diperuntukan bagi proses penyembuhan serta perawatan orang sakit, katanya.

     Karena itu, masyarakat diharapkan tidak salah paham atau tersinggung, jika terdapat petugas rumah sakit yang menerapkan aturan pembatasan pembesuk maupun pembatasan jumlah penunggu pasien yang dirawat di rumah sakit.

     Disamping itu juga meski diharapkan, terdapat satu rumah sakit lagi tetapi RSU dr Slamet pun diingatkan terus meningkatkan kualitas jasa layanannya, dengan menomor satukan pasien dari kalangan manapun juga.

      Sedangkan pasien yang dibesuk Ny. Rani Permata Dicky Chandra sambil memberikan bingkisan antara lain Ny. Neni(52) yang baru selesai menjalani operasi tumor leher dan kini menjalani proses penyembuhan penyakit paru-parunya.

     Kemudian menjenguk Ny. Eneh penderita anemia, selanjutnya Herni(18) yang masih didera demam panas, korban kasus penjualan perempuan di Bekasi, serta Belpa bayi laki-laki berusia satu bulan yang menderita demam berdarah dangue (DBD).

     Ditemui terpisah, Kepala RSU dr Slamet Garut, dr H. Maskut Farid, MM mengakui, rumah sakit merupakan sumber penyakit, maka diharapkan masyarakat berkondisi sehat tidak sering dan banyak mendatanganinya meski dengan kepentingan membesuk dan menunggui pasien.

     Selain supaya tidak terjadi proses penularan penyakit, juga terlalu banyaknya pendamping pasien sakit mengakibatkan lingkungan rumah sakit menjadi sesak, bahkan selama ini sangat banyak penggunaan air bersih.

     Sehingga beban rumah sakit sangat berat, karena setiap bulannya terpaksa membayar rekening tagihan air berkisar Rp90 juta hingga Rp100 juta, diperparah terlalu banyaknya pengunjung menyebabkan lingkungan rumah sakit cepat kotor dan berdebu. Tegasnya.***(John).

Picture
Ny. Rani Permata dan Almarhumah Penderita Tumor Mata (Foto : Ridwan Mustofa)
SELURUH  64  PUSKESMAS  DI  KABUPATEN  GARUT  DISIAGAKAN 
Garut  News, ( Selasa, 31/8).

     Kadis Kesehatan Kabupaten Garut, dr H. Hendy Budiman, M.Kes menyatakan, Selasa seluruh 64 Puskesmas termasuk Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) di daerahnya disiagakan saat berlangsung arus mudik dan balik Lebaran Idul Fitri 1431 H.  

     Maupun pada rentang waktu H-7 hingga H+7 Lebaran, juga antara lain masing-masing dibuka lima Pos Khusus Jalur Mudik dan Balik serta pada lokasi Keramaian, juga 14 Pos Kesehatan pada kawasan wisata, katanya saat ditemui Garut News.

     Operasional kemanusiaan tersebut, juga didukung kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan obat-obatan, meski diharapkan para pendonor darah bisa berperan serta menyumbangkan darahnya ke PMI setempat.

     Dia mengingatkan pula, menjelang Lebaran Idul Fitri agar masyarakat mewaspadai Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit diare, keracunan, chikungunya serta Demam Berdarah Dangue (DBD).

     Sehingga periharalah kebersihan lingkungan, serta supaya mengonsumsi makanan secara teratur, termasuk berperan menanggulangi tingginya angka balita bergizi kurang, yang kini berkondisi 0,78 atau sekurangnya masih mendera 1.381 balita, imbuhnya.

     “Segera periksakan kesehatan ke Puskesmas terdekat, jika terdapat serangan jenis penyakit apapun, “ himbau dr Hendy Budiman, menambahkan. ***(John).  

BIUS  LOKAL  GIGI  PUSKESMAS  DI GARUT  KOSONG
Garut News, (Jumat,  27/8).

      Bius lokal pada Balai Pengobatan (BP) gigi Puskesmas di Kabupaten Garut, sejak enam bulan terakhir kosong, atau masih belum mendapatkan pasokan dari Farmasi setempat.

      Demikian diungkapkan perawat Puskesmas Pembangunan, Jumat saat menerima pasien penderita sakit gigi, sehingga menawarkan kepada pasien anak-anak jika hendak mencabut gigi harus dibius melalui suntikan.

     Sementara itu, seorang pasien anak terpaksa membatalkan mencabut giginya akibat sangat ketakutan atau menjadi traumatis jika harus dibius melalui suntikan.

     Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr H. Hendi Budiman, M.Kes kepada Garut News mengemukakan, pihaknya telah menghubungi Farmasi, memang berlangsung kekurangan persediaan bius lokal untuk penderita sakit gigi.

     Namun berlangsung sejak empat bulan terakhir, dan masih terdapat persediaan kendati sangat terbatas, katanya.

     Dia sangat berharap, agar setiap Puskemas juga pro aktif melaporkan jika mengalami kekurangan maupun kekosongan obat-obatan, termasuk bius lokal untuk penderita sakit gigi. *** (John).

DINKES  GARUT  TERJUNKAN  1.893  PERSONIL                      POSKO  KESEHATAN  LEBARAN
Garut News, (23/8).
      Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr H. Hendy Budiman menyatakan, mulai H-7 hingga H+7 Lebaran Idul Fitri, akan diterjunkan sekurangnya 1.893 personil pada sekitar 23 Posko Kesehatan.

      Mereka terdiri 80 dokter umum, 692 perawat, 421 bidan serta 700 tenaga kesehatan lainnya, tidak termasuk dokter dan petugas di seluruh Puskesmas, ungkapnya kepada Garut News, Senin.

     Sedangkan enam Posko Kesehatan masing-masing berlokasi pada lintasan ruas jalan provinsi dan kabupaten, meliputi Kampung Bojongloa, Cijapati, Pananjung, Kiara Dodot, Pertigaan Leuwigoong, serta Lewo Malangbong.

     Disusul didirikannya 13 Posko Kesehatan pada kawasan wisata, dua Posko di lokasi keramaian serta dua Posko di kawasan terminal, katanya.

     Puskesmas dengan tempat perawatan beroperasi 24 jam setiap harinya, yang juga disiagakan untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya kasus kecelakaan, serta upaya rujukan ke RSU jika mendesak diperlukan.

      Seluruh biaya pengobatan di Posko Kesehatan gratis, kecuali jika dirujuk ke RSU diterapkan tarif berdasarkan Peraturan Daerah (Perda), dalam mengantisipasi lonjakan arus mudik serta balik Lebaran.

      Jenis penyakit yang harus diwaspadai, antara lain serangan diare termasuk perlu diwaspadainya jika terjadi bencana alam.

     Seluruh operasional pada Posko Kesehatan, bernilai Rp49 juta termasuk operasional 41 mobil unit ambulance pada setiap Puskesmas, dengan menyediakan obat-obatan secara memadai, bersumber dari APBD murni Kabupaten Garut 2010. ***(John).

PUSKESMAS   DTP   TAROGONG  PALING   BANYAK                         TANGANI   PENDERITA   PENCERNAAN
Garut News, (21/8).

      Puskesmas DTP Tarogong Garut, selama ini banyak menangani penderita pencernaan seperti penyakit magh atau gastritis, sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya hanya berkisar 1-3 persen, itupun berupa gejala.

       Meski tidak membuka Posko Kesehatan Lebaran Idul Fitri, namun selama ini membuka jasa pelayanan 24 jam setiap harinya,  ungkap Kepala Puskesmas tersebut, dr H. Eddy Kusmayadi kepada Garut News, Sabtu.

       Dia mengingatkan, fogging dan abate dinilai masih kurang efektif karena hanya memberantas nyamuk dewasa sebagai media penyebaran penyakit DBD dan Chikungunya, sedangkan jentik nyamuknya masih merajalela.

       Justru yang paling efektif dan efisien, justru melaksanakan 3-M atau menutup sumber air, menguras sarana penyimpanan air serta mengubur benda yang mudah digenangi air, katanya.

       Bahkan pemberian abate dengan dosis tinggi, bisa membahayakan karena dapat terpapar saat mengonsumsi air, imbuhnya.

       Karena itu diimbau, agar membebaskan lingkungan sekitar rumah dari genangan air, supaya bebas dari sarang jentik dan perkembang-biakan nyamuk, ujarnya. **** (John).

KADINKES    GARUT    INGATKAN  WASPADAI    CUACA    DAN    KONDISI    LINGKUNGAN
Garut News, (19/8).

     Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr H. Hendy Budiman, M.Kes mengingatkan,  agar masyarakat di daerahnya bisa mewaspadai perkembangan cuaca yang kerap berubah secara ekstrim, juga kondisi lingkungan rumah masing-masing.

     Menyusul pada kemarau basah ini, patut terus diwaspadai terjadinya peningkatan penyakit menular, diantaranya Demam Berdarah Dangue (DBD) serta Chikungunya, dengan keluhan panas tinggi akibat gigitan nyamuk, tegasnya kepada Garut News, Kamis.

     Dia mengingatkan sejak Januari hingga saat ini, atau tiga bulan terakhir terjadi peningkatan jumlah penderita Chikungunya hingga mencapai sekurangnya 149 persen atau meningkat lebih dari 211 penderita, jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

     Juga diimbau, agar yang menunaikan ibadah puasa dapat mengonsumsi makanan berbuka puasa secara proporsional, bertahap maupun tidak langsung mengonsumsi minuman sangat dingin, melainkan terlebih dahulu menikmati air putih masak.

     Sedangkan kualitas lingkungan mutlak harus dijaga kebersihannya, termasuk bebas dari genangan air serta kotoran apapun yang bisa mengundang sumber penyakit, sebagai upaya memelihara kualitas aspek kesehatan, katanya.

     Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), diantaranya mencuci tangan dengan sabun hingga membasuhnya dengan bersih sebelum dan sesudah mengonsumsi makanan, mewujudkan suasana bersih dan tenang, serta berperilaku sehat lainnya, imbuh Hendy Budiman, manambahkan. ****(John). 

PENYULUH    KESEHATAN    INGATKAN    MERUBAH                                                                                       LEBIH    SULIT    DARIPADA    MEMBENTUK    PERILAKU
Garut News, (6/8).

      Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan pada Dinkes Kabupaten Garut, H. Lili Ghazali mengingatkan, merubah lebih sulit daripada membentuk perilaku karena merupakan kebiasaan yang telah menjadi karakter.

     Sehingga untuk mewujudkan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) dengan sepuluh indikator bagi masyarakat di Kabupaten Garut, saat ini dilaksanakan antara lain melalui jejaring Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), katanya kepada Garut News, Jumat.

     Dia mengemukakan hal itu, seusai mengikuti kegiatan “Video Confrence” Dialog Interaktif Tentang Upaya Hidup Bersih dan Sehat Melalui Pengembangan Desa Siaga Aktif, di Aula Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah IV Garut.

     Sebelumnya dipresentasikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr Hj. Lusi, disusul Peran Kelembagaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan PHBS di Pedesaan serta Kebijakan Pemprov Jabar Dalam Penyelenggaraan Kab/Kota Siaga.

     Perhelatan tersebut diikuti perwakilan dari seluruh kabupaten/kota se Jawa Barat, pada masing-masing BKPP.

     Namun waktu yang terbatas itu, pada saat dialog terlampau dimonopoli penjelasan Kadis Kesehatan Jabar, yang berulang kali berbicara sehingga banyak menyita waktu, mengakibatkan giliran bertanya hanya berlangsung satu putaran.

     Kadis Kesehatan Jabar, memberikan penjelasan terlalu detail dan bertele-tele sehingga mengesankan menggurui, padahal secara teknis yang mesti menjelaskan kepada masyarakat perwakilan yang mengikuti dialog interaktif melalui video conference tersebut. ****(John).

LIMA  HARI  KERJA  RSUD  DIUJI  COBA  SELAMA   SETAHUN 
Garut News, (2/8).

      Penetapan hari dan jam kerja bagi administrasi umum dan keuangan, poliklinik serta loket pendaftaran selama lima hari kerja, RSUD dr Slamet Garut akan diuji coba selama setahun, bahkan akan dievaluasi pada rentang waktu enam bulan pertama.

      Demikian diungkapkan Dirut Rumah sakit tersebut dr H. Maskut Farid, MM kepada Garut News, Senin dan menyatakan pada setiap Sabtu yang libur hanya bagi administrasi dan poliklinik sedangkan jasa pelayanan seperti biasa, katanya.

     Terdapat pula dokter jaga, dokter residen serta dokter konsuler, menyusul selama ini banyak pasien yang berdatangan dari kawasan Garut Selatan, kerap tiba di RSUD pada Pukul 13.30 WIB bahkan Pukul 03.00 WIB dini hari.

     Diingatkan, unit gawat darurat (UGD) termasuk ventor (bagian keuangan) tidak akan pernah diliburkan, ujar Maskut Farid.

     Sementara jasa layanan bagi pasien dari Jamkesmas serta Jamkesda, akan terus diupayakan perbaikan kualitas layanannya, sehingga keadilan dan kesamaannya akan terus diperbaiki maupun ditingkatkan, katanya pula.***(John).

99,99  PERSEN  PASIEN  CUCI  DARAH,  JAMKESMAS  DAN  ASKES
Garut News, (8/7).

      Direktur RSU dr Slamet Garut, dr H. Maskud Farid menyatakan, Kamis unit cuci darah (hemo dealisa) yang dimilikinya, selama ini dimanfaatkan 99,99 persen pasien yang memanfaatkan jasa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas/Jamkesda) serta Askes.

     Menyusul ongkos sarana pengobatan penderita gagal ginjal tersebut, terbilang mahal atau dengan tarif umum Rp600 ribu/ setiap pakai, yang bisa berlangsung dua kali dalam seminggu, katanya kepada Garut News.

     Namun Maskud Farid mengaku masih akan melihat pendataannya, total jumlah pasiennya sejak jasa layanan tersebut mulai dimanfaatkan pada RSU dr Slamet Garut, katanya. **** (John).

PENGASAPAN  TIDAK  SEPENUHNYA   ATASI  MASALAH  LINGKUNGAN
Garut News, (7/7).

     Kepala Puskesmas Cilawu, Yuyun. S, SKM mengingatkan, kegiatan pengasapan (foging) dinilai tidak sepenuhnya bisa mengatasi permasalahan lingkungan, yang menjadi penyebab wabah penyakit.
     Justru yang lebih efektif melaksanakan ”pemberantasan sarang nyamuk” (PSM) serta ”Pola Hidup Bersih dan Sehat” (PHBS), katanya saat ditemui Garut News di Dinas Kesehatan setempat, Rabu.

     Dia juga mengungkapkan, chikungunya bukan merupakan jenis penyakit yang mematikan, namun bisa mengganggu kenyamanan penderita, karena kondisi persendian mereka menjadi sangat nyeri, bahkan mengalami kelumpuhan sementara.

     Namun paling lama 12 hari, jika dilakukan pengobatan dan perawatan bisa kembali sembuh, maka diperlukan pula upaya meningkatkan kesadaran mewujudkan dan memelihara lingkungan yang bersih, untuk mengantispasi beragam serangan penyakit bersumber kondisi lingkungan.

     Menyusul di daerahnya terdapat beberapa warga, yang terserang chikungunya termasuk adanya dua bayi yang didera penyakit sangat kritis, keduanya kini tengah di rujuk ke RSHS Bandung, ujar Yuyun. **** (John).

RATUSAN  PENDEMO  HIMBAU    TIDAK    MEROKOK
Garut News, (16/6).
    

     Sekurang-kurangnya 200 pendemo berorasi dan membawa puluhan spanduk himbauan agar tidak merokok, di halaman utama gedung DPRD Kabupaten Garut, Rabu.
    

     Mereka dari Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) setempat, dengan koordinator lapangan (Korlap), Nandang Heryana, menggelar peringatan hari tanpa tembakau se dunia.     

    ”Kelaparan yang melanda bayi dan anak-anak, dapat dihilangkan dalam waktu enam bulan jika uang yang dipakai untuk membeli rokok, diganti untuk membeli susu dan makanan,”
ungkap para pendemo dengan nada lantang.     

     Diingatkan, paru-paru perokok tak dapat kembali normal, meski berhenti merokok, juga tak ada obat-obatan yang dapat memperbaiki paru-paru seorang perokok kembali normal.
    

     Anak-anak yang kena asap rokok sejak kecil, akan membuat mereka berisiko menderita kanker, katanya.
    

     ”Jika anda ingin tahu mengenai bahaya rokok dan cara mengatasinya, hubungi BKPM Garut di Jl. RSU dr Slamet N0.13 Telp. 0262 – 233300,”
imbuh para pendemo.     
     Justru yang kini memprihatinkan, di Garut marak dimana pun iklan luar ruang yang mempromosikan beragam produk rokok dengan tampilan menarik dan menggiurkan.
**** (John).

PEGAWAI  PEMKAB  GARUT 
JALANI  MEDICAL  CHECK  UP

Garut News, (7/6).
    

    Sekurang-kurangnya 73 pegawai di lingkungan Pemkab dan Setda Garut, Senin menjalani medical check up (pemeriksaan kesehatan) dan Paps-Smear, dilaksanakan PT. Askes (Persero) di komplek perkantoran Setda setempat.
   
     Selain mendapat layanan tensi darah, juga pemeriksaan air seni, darah, rongent serta EKG (rekam jantung), yang hasilnya bisa diperoleh dua pekan mendatang setelah diproses di laboratorium, ungkap Admin PT. Askes tersebut, Dayu Panca Mahadika serta Devi Heriawan.     

     Staf Ahli Bupati Garut, Ir H. Syamsudin, M.BA menyatakan, hendaknya proses pemeriksaan kesehatan seperti ini bisa sering dilaksanakan atau minimal setiap enam bulan sekali.
    

     Agar kualitas kesehatan para pegawai Pemkab dan Setda Garut, bisa sering terpantau, terjaga serta terpelihara sesuai dengan rekomendasi dokter yang ditunjuk PT. Askes.
    

     Dayu Panca Mahadika mengatakan, pelaksanaan kegiatan serupa berlangsung sejak 2008, yang hingga saat ini telah dilaksanakan selama empat kali, katanya.
    

     Sedangkan proses pemeriksaan hasil rongent, dilaksanakan di Bandung, ujar Devi Heriawan, menambahkan.
****(John).

2.718  PENDERITA  TBC  DI  GARUT  BELUM  TERPANTAU
Garut News, (14/5)
     
     Dari 75 persen cakupan pencarian penderita penyakit Tb Paru atau TBC di Kabupaten Garut, Jawa Barat, hingga saat ini terealisasi 57 persen atau masih terdapat 2.718 penderitanya yang belum terpantau.
     
     Sehingga mereka belum bisa mendapatkan proses pengobatan maupun penyembuhannya, padahal setiap penderita bisa mengakibatkan sepuluh warga sekitarnya terpapar suspeks Tb Paru, ungkap Kepala Dinas Kesehatan setempat dr H. Hendy Budiman, M.Kes di ruang kerjanya, Jumat.
     
     Sedangkan kebijakan cakupan pencarian penderita TB Paru, berdasarkan pro aktif masing-masing penderita baru memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit, sehingga diharapkan agar masyarakat penderita baru jenis penyakit ini bisa segera memeriksakan kondisi kesehatannya.
    
     Sementara itu, kebijakan pencarian penderita penyakit malaria, dilaksanakan secara langsung ke setiap lokasi korban, yang selama ini berlangsung pada delapan wilayah kecamatan pesisir pantai Garut selatan, 80 persen penderita diantaranya terdapat di Kecamatan Cibalong.
    Selama 2009 lalu terdapat 289 kasus malaria di Kabupaten Garut, 80 persen diantaranya terjadi di Kecamatan Cibalong disusul pada 2010 ini terdapat 41 kasus malaria, 36 penderitanya warga Kecamatan Cibalong, ungkap Hendy Budiman.      
     Dikemukakannya, pada tahun ini masih memprioritaskan penanganan jenis penyakit demam berdarah dangue (DBD), kemudian diare dan malaria serta jenis penyakit TB Paru.
    
  Meski kini terdapat kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya di Kecamatan Kadungora dengan 35 kasus serta di Kecamatan Limbangan 98 kasus, namun tewasnya Rifan, bayi laki-laki berusia sembilan bulan warga Kampung Halteu, Desa/Kecamatan Kadungora dipatikan bukan akibat Chikungunya melainkan komplikasi penyakit lain, katanya. **** (John).
 
Picture
Seorang Korban Perkosaan Yang Mengalami Gangguan Jiwa dan Terpaksa Dipasung di Garut Selama Enam Tahun Terkahir Hingga Saat Ini(Foto : Erwin R. Widiagiri)
DINKES   GARUT   INGATKAN   LIMA
JENIS BAKTERI   MEMBAHAYAKAN

Garut News, (12/5).

     Kadiskes Garut, dr H. Hendy Budiman mengingatkan, Rabu diantara bakteri yang menyebabkan keracunan makanan pada manusia, dikenal lima jenis yang sering menimbulkan keracunan makanan, atau karena efeknya mematikan.

    Kelima jenis bakteri tersebut, terdiri Salmonelia, Shigelia, Staphylococcus, Closstridium welchii serta Clostridium botulinum, ungkap Hendy Budiman saat ditemui menyikapi seringnya warga Garut mengalami keracunan makanan bahkan kerap berlangsung kejadian luar biasa (KLB).

    Dia mengemukakan, bakteri Staphylococus aureus, mikroorganisme yang hidup sebagai parasit pada bagian tubuh manusia dan hewan, separuh dari jenis bakteri ini memproduksi enterotoksin yang menyebabkan keracunan pada manusia.

    Jika kuman ini masuk ke makanan, yang cocok dengan suhu dan kelembaban, maka akan berkembang biak di dalam makanan itu sambil memproduksi enterotoksin, penularan ke makanan dapat dihantarkan oleh lalat, Toksin Staphylococcus aureus tahan terhadap suhu didih dan menimbulkan keracunan makanan jika jumlahnya sudah cukup.

    Bakteri yang menghasilkan toksin tersebut, dapat menimbulkan mual, muntah, sakit perut dan diare dengan masa inkubasi 1 - 8 jam, gejala ini terjadi pada  169 warga desa Karangsari dan Situsari di kecamatan Karangpawitan Garut, akibat keracunan dari gulai daging kambing.

    Sedangkan jamur/ragi, dapat memproduksi mycotoxin sejenis zat kimia beracun, yang kebanyakan perusak makanan (bentuk, warna, bau) serta menyukai makanan yang banyak mengandung gula dan tepung (makanan asam dan kering).

    Bahkan diantara Mycotoxin, ada yang menimbulkan kanker pada manusia dan dalam jumlah yang banyak, racun ini menimbulkan pendarahan serta kerusakan akut pada hati yang bisa menyebabkan kematian, katanya.

    Antisipasinya, hendaknya masyarakat setiap hari bisa berpola hidup bersih dan sehat, agar peristiwa keracunan makanan dan gangguan kesehatan lainnya, tidak terjadi lagi, imbuh Hendy Budiman.***(John).

STAPHYLOCOCCUS  AUREUS 
PENYEBAB  169  WARGA  GARUT  KERACUNAN
Garut News, (10/5).

     Bakteri Staphylococus aureus yang terdapat dalam gulai daging kambing, sebagai penyebab 169 warga desa Karangsari dan Situsari di kecamatan Karangpawitan kabupaten Garut, Jawa Barat, keracunan makanan.

    Kepala Dinas Kesehatan setempat, dr H. Hendy Budiman, M.Kes didampingi Kabid Pengendalian Penyakit Menular, Dede Rochmansyah menyatakan, Senin kesimpulan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan sampel makanan yang dilaksanakan Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan provinsi Jabar, yang baru diperolehnya.

    Sedangkan hasil pemeriksaan air dinyatakan memenuhi syarat kesehatan secara bakteri, demikian pula hasil pemeriksaan unsur fisika dan kimia menunjukan dibawah batas minimal, katanya.

    Bakteri Staphylococus aureus, mikroorganisme yang hidup sebagai parasit pada bagian tubuh manusia dan hewan, separuh dari jenis bakteri ini memproduksi enterotoksin yang menyebabkan keracunan pada manusia.

   Sebanyak 169 warga dua desa yang keracunan makanan tersebut, terdiri 92 laki-laki dan 77 perempuan berusia berkisar diatas satu hingga diatas 44 tahun, terdapat 47 penderita diantaranya dirawat jalan dan 122 penderita menjalani rawat inap.

    Masing-masing di Puskesmas Wanaraja, Cibatu dan Puskesmas Tarogong, sedangkan 45 penderita lainnya dirawat di RSU dr Slamet Garut dengan lama perawatan rata-rata setiap penderita selama lima hari, ungkap Hendy Budiman dan Dede Rochmansyah.

    Peristiwa yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) ini, terjadi saat Kokom(43) pada 29 April lalu menyelenggarakan syukuran "aqiqah" sekaligus tahlilan cucunya yang meninggal di usia 10 hari, dengan mengundang serta menyuguhi makanan para tetangga terdekat.

    Sehingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan, terdapat 144 menderita pusing, 113 diare, 90 mual, 78 muntah-muntah, 76 nyeri perut serta 69 demam, sehingga peristiwa tersebut sempat menghebohkan warga sekitarnya.

    Dinas Kesehatan antara lain kini merekomendasikan investigasi langsung ke lokasi KLB dan Puskesmas dengan tempat perawatan, dilaksanakannya penyuluhan kesehatan masyarakat, pemeriksaan dan pengobatan lanjutan pasien yang telah sembuh, demikian Hendy Budiman. ****(John).-